Selasa, 29 Oktober 2019

Asal-usul Maulid dan Natal serta Harlah

Wawan Setiawan Tirta

Asal-usul Maulid, Natal, dan Harlah, serta Milad semuanya sama. Hanya ada sedikit perbedaan.


Natal dari bahasa Latin,
Milad dan Maulud dari bahasa Arab,
Harlah adalah akronim dari Hari Lahir.

Dari keempat istilah di atas yang paling Indonesia adalah istilah Harlah. Harlah merupakan akronim dari Hari Lahir, istilah ini identik dengan organisasi islam Nahdlatul Ulama (NU). NU dan seluruh badan otonom-nya menggunakan istilah Harlah untuk memperingati hari lahir organisasinya. Misalnya yang baru-baru ini dilaksanakan, Harlah Muslimat NU ke 70 di Malang. Istilah ini Indonesia banget karena dibentuk oleh susunan kata berbahasa Indonesia. Meskipun sebenarnya kata lahir merupakan serapan dari bahasa Arab zahir (baca: dzohir) yang berlawanan dengan batin.


Bandingkan dengan istilah Milad dan Natal. Milad merupakan serapan dari bahasa arab yang bermakna harlah (hari lahir). Di Indonesia, istilah milad identik dengan organisasi Islam Muhammadiyah, juga digunakan oleh badan otonom yang ada di bawah Ormas Muhammadiyah.

Kemudian ada pula istilah Natal yang semakna juga dengan harlah alias hari lahir. Akan tetapi istilah ini identik dengan umat kristiani, bahkan hari rayanya disebut dengan Hari Raya Natal. Hari Raya ini diperingati sebagai hari kelahiran Jesus Kristus sebagai juru selamat, meskipun ada perbedaan antara kelompok kristen yang satu dengan yang lain mengenai hari (tanggal tepatnya) kelahiran Yesus Kristus. Bahkan ada aliran di kristen yang mengharamkan peringatan hari natal karena Tuhan Yesus tidak menyuruh (memerintahkan) untuk melaksanakan perayaan Natal. Dalam istilah Islam peringatan ini mungkin disebut bid’ah.

Selanjutnya dalam perbendaharaan bahasa Indonesia, dikenal pula istilah Maulid dan Maulud. Kedua kata ini juga merupakan serapan dari bahasa Arab yang seasal semakna dengan kata milad. Dalam bahasa Arab kata dasarnya (masdarnya) adalah walada (ولد) yang bermakna asal anak atau lahir. Akan tetapi di Indonesia, seperti yang telah dijelaskan di atas, milad sudah identik dengan Muhammadiyah, sedangkan maulid identik dengan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad Saw yang diperingati oleh orang muslim. Sama halnya dengan perayaan natal yang oleh sebagian orang kristen sendiri juga disebut bid’ah, peringatan maulid Nabi juga dicap bid’ah oleh sebagian kecil orang Islam.

Adapun kata maulud merupakan lema (istilah) tersendiri dalam bahasa Indonesia yang memiliki makna (dalam kamus) sebagai 1. yang dilahirkan, makna yang kedua bersinonim dengan maulid. Sementara itu, juga ada turunan mauludan, yang merupakan ragam cakap untuk menyebut acara peringatan maulid nabi.

Tidak hanya diserap dalam bahasa Indonesia, bahasa Arab maulud juga diserap dalam bahasa Jawa: mulud, yang menjadi nama bulan dilahirkannya Nabi Muhammad Saw. Juga ada istilah muludan (biasa dibaca: mulutan, dalam bahasa Jawa) untuk menyebut peringatan hari lahirnya Nabi Muhammad.

Terlepas dari itu semua, pada dasarnya semua kata tersebut, harlah, natal, milad, maulud, maulid semakna dan searti. Hanya saja sudah terlanjur identik dengan kelompok tertentu. Untuk menyebut orang biasa, biasanya hanya digunakan  istilah ulang tahun sebagai padanan kata birthday dalam bahasa Inggris. Sementara itu, yang identik dengan negara biasanya disingkat menjadi HUT RI alias Hari Ulang Tahun Republik Indonesia.
Selain identik dengan hari raya umat Kristen, Natal juga identik dengan lembaga perguruan tinggi yang menyebut hari ulang tahun lembaganya dengan Dies Natalis. Bahkan ada yang sedikit alay dengan menggabungkan istilah yang berasal dari bahasa Latin tersebut dengan serapan dari bahasa Arab menjadi Dies Maulidiyah.

Entahlah... yang jelas. Itu sama saja. Semakna searti alias bersinonim. Mau pakai harlah, ultah, HUT, natal, maulid, milad, mulud, maulud, dies natalis, dies maulidiyah sama saja. Suka-suka yang memakai. Tidak perlu bertengkar untuk hal yang sepele, toh semuanya sudah ada dalam bahasa Indonesia dibuktikan dengan kata-kata tersebut sudah diserap dan terekam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang menjadi patokan bahasa Indonesia.


Ngomong-ngomong, harlahmu tanggal berapa???